SURABAYA – Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Prof Dr Bagong Suyanto Drs MSi meraih penghargaan sebagai Indonesia TOP 100 Scientist Social Sciences versi AD Scientific Index (Alper-Doger Scientific Index) beberapa waktu yang lalu. Penghargaan tersebut diperoleh berkat produktivitas dan efektivitas kerja Prof Bagong lima tahun terakhir di dunia penelitian.
Dekan FISIP UNAIR itu dikenal aktif sebagai penulis sejak masih menjadi mahasiswa. Berdasarkan data Google Cendekia, Prof Bagong telah menghasilkan lebih dari 275 karya buku dan artikel. Yang tak kalah membanggakan, 19 artikel karya Prof Bagong juga telah dimuat di jurnal terindeks Scopus.
Baca juga:
Kiai Ihsan Jampes dan Kisah Ilmu Ladunni
|
Pemeringkatan ilmuwan tersebut didasarkan pada total skor indeks-h yang telah dibuat. 100 ilmuwan teratas dapat diperingkat secara global atau spesifik untuk wilayah tertentu.
Selama ini, Prof Bagong fokus melakukan penelitian mengenai isu masyarakat postmodern, kemiskinan, gaya hidup, dan pelanggaran hak anak. Salah satu penelitian atau karya yang paling berkesan baginya adalah mengenai anak perempuan yang dilacurkan.
Buku karya Prof Bagong membahas eksploitasi yang dialami oleh anak-anak perempuan yang dilacurkan. Anak-anak perempuan itu umumnya kesulitan untuk keluar dan pindah ke pekerjaan lain.
“Bukan karena dilarang oleh para germo, tetapi dalam banyak hal kesulitan dan keengganan tersebut juga dipengaruhi oleh ketakutan mereka terhadap stigma yang dibebankan masyarakat terhadap status mantan pelacur yang senantiasa dicurigai amoral dan asusila, ” terang Prof Bagong.
Buku karya Prof Bagong. (Dok. Pribadi).
Prof Bagong, Rabu (2/3/2022) menuturkan, keterlibatan anak-anak perempuan dalam industri seksual komersial bukan semata karena didorong motif ekonomi dan ketidakberdayaan mereka.
Perubahan gaya hidup yang makin permisif, tindakan child abuse yang dialami dalam keluarga, modus rekrutmen proaktif yang dikembangkan para germo dan mucikari juga menjadi faktor pendukung.
Peneliti FISIP UNAIR itu menuturkan pihaknya selama ini hanya fokus pada penulisan buku dan artikel. Menurutnya, sebagai pendidik di lingkungan akademik, dosen perlu melakukan penelitian dan menulis jurnal atau buku.
“Saya relatif terus menulis. Setiap tahun ada kegiatan penelitian yang saya lakukan. Ada artikel yang saya tulis, ada buku yang saya terbitkan, ” ucapnya.
Sebagai informasi, Prof Bagong pernah menerima penghargaan sebagai TOP 1 peneliti terbaik Universitas Airlangga (UNAIR) versi Google Scholar pada Desember 2020. Guru Besar FISIP itu juga pernah mendapatkan dana hibah 10 miliar dari Tahir Foundation pada Agustus 2019. (*)
Penulis : Sandi Prabowo
Editor : Binti Q. Masruroh